Friday, July 24, 2015

Pengamat Terorisme: Tindakan GIDI Sudah Masuk Kriteria Aksi Teroris

Insiden penyerangan disertai pembakaran oleh massa Kristen dari Gereja Injili di Indonesia (GIDI) ketika umat Islam sedang shalat Ied di Tolikara Papua merupakan tindakan terorisme yang sangat berbahaya dan bisa merusak kerukunan umat beragama yang ada di Indonesia.

Hal tersebut dinyatakan secara tegas oleh pengamat terorisme Mustafa Nahrawardaya kepada beberapa wartawan media Islam pada Kamis kemarin (24/7/2015) di restoran Pulau Dua kawasan Taman Ria Senayan Jakarta.

Bagi Mustafa semua kriteria terorisme sudah ada dalam tindakan serta perbuatan yang dilakukan oleh Gereja Injili di Indonesia (GIDI) di Tolikara Papua.

“Pertama mereka membuat kekacauan atau ketakutan massal sehingga membuat umat Islam di seluruh Indonesia menjadi takut dan kedua mereka punya jaringan. GIDI itu punya jaringan seindonesia bahkan dunia, jadi kurang apa ciri terorisme di GIDI dan ini sama dengan kriteria dari BNPT,” terang tokoh muda Muhammadiyah tersebut.

Pria kelahiran Klaten tahun 1972 ini menolak anggapan bahwa insiden di Tolikara tidak bermotif agama sehingga tidak bisa disamakan dengan aksi terorisme yang sering menjadi pesakitan adalah umat Islam.

“GIDI mengeluarkan surat edaran melarang shalat Ied dan memakai jilbab itu untuk apa coba? Sudah jelas motifnya itu didorong oleh ideologi. Mereka punya jaringan, mereka merusak, mereka menakuti umat Islam yang efeknya membuat ketakutan massal. Ini semua sudah ciri-ciri terorisme,” jelas Mustafa.

Lebih lanjut Mustafa mendesak agar program deradikalisasi yang dilakukan BNPT tidak hanya menyasar umat Islam karena faktanya tindakan serta aksi radikal juga dilakukan oleh agama lain.

“Dideradikalisasi harusnya tidak hanya untuk umat Islam tapi umat Nasrani pun harus dideradikalisasi oleh BNPT termasuk umat buddha, juga Hindu yang ada di Bali,” ujar mantan caleg PKS ini.

Mustafa juga menyesalkan sikap kepolisian RI yang dalam kasus Tolikara tidak bersikap adil terhadap umat Islam. “Kalau kepada orang Islam polisi dengan buru-buru mengatakan ini adalah aksi terorisme tapi kalau mereka (non Muslim) yang melakukan, jangankan menyebut terorisme, mencap aksi separatisme saja mereka ogah-ogahn. Ini sangat tidak adil menurut saya,” pungkas Mustafa. (fq/islampos/internasnews)
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment