Suku-suku primitif yang telanjang dan tanah orang Kristen, sehingga
kemudian sampailah pada pertanyaan, “Memang di Papua ada Islam ?” Sebuah
pertanyaan skeptis tentang Islam di Papua.
Dan berbicara tentang Islam di tanah Cendrawasih memang cukup
menarik, sebab orang tidak akan heran jika dikatakan Papua identik
dengan Kristen atau Papua adalah Kristen. Semenjak heboh Perda Manokwari
timbul juga opini salah di masyarakat yang menganggap memang di Irian
Jaya jumlah pemeluk Kristen mencapai 60% lebih, artinya muslim memang
minoritas disana.
Islam sendiri adalah agama ketiga setelah Kristen dan Katolik, selain
itu beberapa suku juga masih memeluk agama asli, seperti Suku Marind
yang masih juga melaksanakan ritual agama adat Marind.
Populasi masyarakat Muslim di Papua cukup besar. Kabupaten Merauke, contohnya, masyarakat muslim adalah mayoritas. Di beberapa kabupaten lain, seperti Raja Empat, Fak-fak, Kaimana jumlah pemeluk agama Islam pun cukup besar.
Islam Agama Nenek Moyang Penduduk Papua
Sebuah pembentukan opini, penutupan fakta sejarah yang dilakukan
dengan sangat rapi. Di Papua yang jumlah total populasinya sekitar 2,4
juta jiwa. Jumlah muslim sekurang-kurangnya adalah 900 ribu orang.
Gubernur pertama Papua adalah seorang muslim yakni H.Zainal Abidin Syah
(1956-1961) yang merupakan Sultan Tidore. Disusul Gubernur muslim
lainnya, P.Parmuji, Acup Zaenal, Sutran dan Busiri. Sejak setelah
Gubernur Busiri hingga sekarang, Kepala Daerah selalu dijabat oleh
Kristen.
Sementara Kabupaten Fak-fak boleh dikatakan sebagai “serambi Mekkah”
selain yang di Aceh, karena kawasan ini adalah pemasok muballigh dan
guru agama ke pelosok-pelosok Papua. Ribuan komunitas muslim dari
kalangan pribumi juga tersebar di 14 tempat terpisah di Kabupaten
Jayawijaya. Seperti di Desa Walesi dengan kepala sukunya Bapak H Aipon
Asso, di sana terdapat 600 Muslim yang masuk Islam 26 Mei 1978.
Bersatunya Dua Ormas Besar
Satu hal yang menggembirakan, dan harusnya menjadi panutan seluruh
muslim di Indonesia yakni di sini ada pemandangan menyejukkan dengan
“bersatunya” dua ormas terbesar, NU dan Muhammadiyah di dalam sebuah
institusi pendidikan. Kedua ormas yang di luar tempat ini (Papua) kerap
ribut, di sini mereka membentuk yayasan gabungan bernama Yayasan
Pendidikan Islam (Yapis) pada 15 Desember 1968.
Keberadaan Yapis ini bukan saja mendapat respon positif dari kalangan
Muslim, tapi juga orang tua non-Muslim. Banyak dari mereka yang
menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah ini dengan alasan bervariasi
antara lain: disiplin yang tinggi dan melarang murid untuk
mabuk-mabukkan, sementara mabuk merupakan budaya sebagian masyarakat
yang masih terasa sulit dihilangkan.
Saat ini kedudukan Yapis di mana masyarakat Papua hampir sama sejajar
dengan Lembaga Pendidikan Kristen Kristus Raja. Ada ratusan sekolah di
bawah naungan Yapis dan dua Perguruan Tinggi (STIE dan STAIS) yang
bernaung di bawah bendera Yapis. Selain NU dan Muhammaddiyah sejumlah
institusi dakwah dapat disebutkan di sini seperti Dewan Dakwah
Islamiyah, Hidayatullah, Persatuan Umum Islam, Pondok Pesantren Karya
Pembangunan dll. (nr/islampos/bdi
Saturday, July 11, 2015
![](http://www.blogger.com/img/icon_logo32.gif)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)