Sebagai makhluk sosial, tentunya kita akan selalu berhadapan dengan
orang-orang di sekitar kita. Entah itu dengan orang yang mempunyai sikap
baik atau bahkan dengan orang yang bersikap buruk terhadap kita.
Sebagian besar dari kita tentunya akan lebih menyukai orang-orang yang
bersikap baik. Namun pada kenyataannya tak semua orang bersikap sesuai
dengan apa yang kita inginkan.
Ketika seseorang bersikap tidak baik terhadap kita, seringkali kita
mengingatnya dalam-dalam kemudian menyimpan dendam terhadap orang yang
telah membuta hati kita terluka tersebut. Bagi sebagian orang, keburukan
akan membekas dalam hati sebagaimana kebaikan.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Ka’ab bin Malik, ia berkata, “Aku
telah mendengar Ka’ab bin Malik bercerita tentang hadits mengenai
dirinya ketika beliau tidak ikut (berperang) bersama Rasulullah saw.
Lalu beliau menuturkan sebuah kisah dan turunnya wahyu tentang diterima
taubat dirinya. Beliau berkata, “Aku masuk ke dalam masjid. Ketika aku
masuk Rasulullah sedang dikelilingi oleh para sahabat. Kemudian Thalhah
bin Ubaidillah berdiri menghampiriku sambil berjalan mundur, sehingga
dia berjabat tangan denganku seraya mengucapkan selamat. Demi Allah,
tidak berdiri menghampiriku seorang laki-laki dari golongan Muhajirin
kecuali dia. Abdullah bin Ka’ab bin Malik berkata, “Ka’ab bin Malik
tidak pernah melupakan sikap baik Thalhah.” (HR. Bukhari).
Apabila sudah yakin bahwa kebaikan tidak bisa dilupakan, maka halnya
dengan keburukan. Namun, walau bagaimanapun kita tetap dianjurkan untuk
bersungguh-sungguh dalam membersihkan bekas keburukan orang lain(rasa
dendam) dalam hati kita.
Obat untuk menyembuhkan rasa demdam yaitu dengan memberi maaf dan
ampunan kepada orang yang telah membuat hati kita terluka. Maaf memiliki
dua tempat. Pertama, melihat pahala bagi yang memaafkan. Kedua,
mensyukuri Dzat yang telah menempatkan kita pada posisi orang yang
memaafkan.
Kesempurnaan memberi maaf ditandai dengan ketulusan, yaitu bersihnya hati dari perasaan dendam.
Selain obat di atas, terdapat obat yang dapat menyembuhkan kita dari
perasaan dendam ini, yaitu kesadaran bahwa sifat menyakitkan orang lain
terhadap dirinya tiada lain karena dosa pribadinya, atau sebagai kifarat
dosa, atau untuk meningkatkan derajat, atau untuk menguji kesabaran
diri. Selain itu, obat yang lebih mujarab daripada semua itu adalah
kesadaran bahwa segala sesuatu adalah takdir dari Allah swt.
Semoga kita mampu melenyapkan perasaan dendam yang ada di dalam hati
kita dan mampu memaafkan orang yang berbuat keburukan terhadap kita.
Sumber : Mengobati Jiwa yang Lelah/Ibnu Al-Jauzy/Mirqat
Monday, July 13, 2015
![](http://static.ak.fbcdn.net/rsrc.php/v1/yH/r/eIpbnVKI9lR.png)
![](http://www.blogger.com/img/icon_logo32.gif)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)