"Sampai sehari menjelang lebaran suasana di DKI jauh dari suasana menjelang idul fitri," kata Tantowi seperti dikutip Republika Online, Kamis (16/07).
Anggota DPR daerah pemilihan DKI Jakarta
III ini menyebut, sebelum Ahok menjadi gubernur, suasana penyambutan
Idul Fitri dan perayaan hari besar Islam di Jakarta sangat meriah.
Terlihat betul bagaimana Pemprov kala itu menunjukan karakter Jakarta
sebagai ibu kota dari negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia.
"Beberapa tahun lalu suasana di Jakarta
sebagai ibukota negara dengan penduduk lslam terbesar di dunia sangat
terasa nuansa menjelang hari-hari besar Islam terutama menjelang Idul
Fitri," katanya.
Tapi sekarang kemeriahan dan kesemarakan
itu sirna. Tantowi mencontohkan tidak tampak lagi hiasan lampu neon
warna-warni bernuasa lebaran, baliho ucapan Idul Fitri yang menghiasi
jalanan dan gedung-gedung ibu kota. Jakarta menjadi kota yang sumpek.
Mati. Gelap dan sunyi. Apalagi setelah sebagian besar penduduknya mudik.
"Neon sign, baliho, dan sejenisnya dengan
pesan selamat Idul Fitri yang menghiasi kota, gedung, dan mall sekarang
sudah sirna. Kota gelap dan sunyi terutama setelah sebagian penduduknya
mudik," kata politikus Partai Golkar itu.
Tantowi mempertanyakan alasan sepinya
perayaan Idul Fitri di Jakarta. Sebab menurutnya kondisi ini berbanding
jauh dengan perayaan Natal, tahun baru, Imlek, dan HUT Kemerdekaan yang
terkesan dibuat sangat meriah.
"Suasana ini sungguh berbeda ketika
menjelang natal, tahun baru, imlek dan HUT Kemerdekaan. Kenapa itu semua
tidak ada? Hilang atau memang dihilangkan?," ujarnya.
Ketua DPP Bidang Komunikasi Partai Golkar
hasil Munas Bali ini mengakui kesakralan Idul Fitri tidak akan
kehilangan maknanya meski tanpa perayaan yang meriah. Tapi menurutnya
tidaklah berlebihan jika umat Muslim berharap Pemda DKI Jakarta sekarang
mengembalikan kemeriahan Idul Fitri sebagaimana yang telah dilakukan
pemerintahan sebelumnya. Hal itu sebagai ungkapan suka cita bagi seluruh
masyarakat luas tentang datangnya hari suci umat Islam.
"Memang makna lebaran itu tidak cukup
hanya ditandai dengan billboard, neon sign, spanduk. Tapi itulah cara
kita mengungkapkan suka cita kepada khalayak luas. Wajar apabila
Pemerintah melakukan itu (memeriahkan lebran) untuk rakyatnya seperti
yang mereka lakukan selama ini," papar Tantowi. (SuaraIslam/internasnews)