Hubungan Indonesia dengan RRC yang sedemikian mesra belum ada
setahun, tapi Indonesia sudah mengalami kerugian yang sangat banyak.
Dalam neraca perdagangan Indonesia dengan RRC melahirkan defisit di mana
import Indonesia lebih besar ketimbang ekspor.
Dari rilis Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor RRC ke Indonesia
untuk produk nonmigas mencapai US$14,71 miliar selama Januari-Juni
2015. Sementara nilai ekspor nonmigas ke Cina pada periode yang sama
mencapai US$ 6,65 miliar. Ada defisit sekitar US$ 8,06 miliar.
Membuktikan bahwa produk berbandrol made in Cina, sangat deras masuk
Indoneesia.
Kepala BPS Suryamin mengakui adanya peningkatan impor Cina di
beberapa sektor seperti mesin dan peralatan mekanik, mesin dan peralatan
listrik, kendaraan motor dan bagiannya, plastik dan barang dari plastik
serta sisa industri makanan. Ternyata, lanjut Suryamin, tak hanya nilai
impor Cina saja yang melejit.
Impor dari Jepang dan Singapura juga
naik. Untuk Jepang nilainya US$ 7,18 miliar, dan Singapura US$ 4,21
miliar. Semuanya menyeybabkan Indonesia menderita kerugian. Jokowi
mungkin hanya tertawa mendengar hal ini. (rz/eramuslim/internasnews)
Sunday, July 19, 2015

Subscribe to:
Post Comments (Atom)