Selama ini Kota Bogor dikenal
sebagai Kota Hujan. Sejak musim kemarau, dan sudah dua bulan tidak
turun hujan, sepertinya Bogor tak lagi layak menyandang julukan sebagai
Kota Hujan. Buktinya, warga Bogor, Jum’at (24/7) siang
berbondong-bondong berkumpul di lapangan Sempur untuk melaksanakan
shalat Istisqa’ atau shalat minta agar diturunkan hujan.
Hadir dalam shalat Istisqa tersebut, Walikota Bogor Bima Arya
Sugiarto, Ketua MUI Kota Bogor KH. Adang Ibrahim, KH. Willyuddin Abdul
Rasyid Dhani, S.Pd, jajaran Muspida, Danrem, Dandim dan ulama lainnya.
Ditemui Islampos usai Shalat Istisqa’, Ketua Komisi
Penelitian, Pengkajian dan Pengawasan Aliran Sesat Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Kota Bogor, KH. Willyuddin Abdul Rasyid Dhani, S.Pd
mengatakan, shalat Istisqa’ ini dilakukan agar warga Bogor melakukan
intropeksi diri, muhasabah dan beristighfar, atas kesalahan dan
pelanggaran yang kita lakukan selama ini.
“Tidak turunnya hujan selama dua bulan di Kota Hujan ini, boleh jadi
karena perbuatan maksiat yang kita lakukan, sehingga
menjadi peringatan Allah, agar kita segera bertobat dan mohon ampun
dari segala kesalahan,” kata Ustadz Dhani, begitu ia akrab disapa.
Ba’da shalat Jum’at, tepatnya pukul 14.00 WIB, sekitar 3000 jamaah
berkumpul di lapangan Sempur untuk melaksanakan shalat Istisqa’ secara
berjamaah. Dengan shalat sunnah ini, diharapkan Allah segera menurunkan
hujan di Kota Hujan ini.
Dikatakan Dhani, dampak dari kemarau ini sangat dirasakan oleh petani
dan peternak. Mereka berkeluh kesah dengan kondisi tanah dan sumur yang
mongering.
“Kita khawatir PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) akan mengalami
surut, semoga itu tidak terjadi. Sebagai warga Bogor, baru kali ini kami
melaksanakan shalat Istisqa’, mohon diturunkan hujan di Kota Hujan,”
ujar Dhani.
Dikarenakan sosialisasi shalat Istisqa’ kepada masyarakat kurang
begitu gencar, maka tata caranya pun belum dilakukan secara sempurna.
“Seharusnya, sebelum melaksanakan shalat Istisqa’, disunnahkan untuk
berpuasa selama tiga hari disertai dengan istighfar atau mohon ampun.
Begitu juga, saat berkumpul di lapangan, seharusnya kita mengangkat
tangan tinggi-tinggi.”
Ketika ditanya, jika sudah shalat Istisqa’ Bogor belum juga
diturunkan hujan? Ustadz Dhani mengajak kembali warga Bogor untuk
berkumpul lagi di lapangan ini untuk melaksanakan shalat Istisqa’ dengan
lebih sungguh-sungguh, hingga Allah menurunkan hujan di kota Bogor ini.
Tatacara Shalat Istisqa’
Sebagai catatan, shalat Istisqa dilaksanakan dua rakaat, setelah itu
diikuti oleh khutbah dua kali oleh seorang khatib. Tiga hari sebelum
shalat Istisqa, terlebih dahulu seorang pemimpin seperti ulama dan
aparat pemerintah menyerukan kepada masyarakat agar berpuasa dan
bertaubat meninggalkan segala bentuk kemaksiatan, serta menghentikan
perbuatan yang zalim dan mengusahakan perdamaian bila terdapat konflik.
Pada hari pelaksanaan, seluruh penduduk diperintahkan untuk berkumpul
(bahkan membawa binatang ternak) di tempat yang telah dipersiapkan
untuk salat istisqa (tanah lapang). Penduduk sebaiknya memakai pakaian
yang sederhana, tidak berhias dan tidak pula memakai wewangian.
Khutbah salat istisqa sendiri memiliki ciri atau ketentuan tersendiri
antara lain: Khatib disunahkan memakai selendang. Pada khutbah pertama
hendaknya membaca istighfar 9 kali sedangkan pada khutbah kedua 7 kali.
Khutbah berisi anjuran untuk beristighfar (memohon ampun) dan
merendahkan diri kepada Allah serta berkeyakinan bahwa permintaan akan
dikabulkan oleh-Nya.
Pada khutbah ke-dua khatib berpaling ke kiblat (membelakangi makmum)
dan berdo’a bersama-sama. Saat berdoa hendaknya mengangkat tangan
tinggi-tinggi.
(Desastian/Islampos/internasnews)
Friday, July 24, 2015


Subscribe to:
Post Comments (Atom)