Jika Presiden Jokowi meminta maaf kepada PKI, maka sama saja
menyalahkan TNI dan ulama. Termasuk menyalahkan NU dan Muhammadiyah.
Jokowi jangan coba-coba memberikan kesempatan kepada orang-orang PKI dan
simpatisannya dalam kekuasaan. Jika sampai PKI berkuasa, umat Islam
wajib menyiapkan diri untuk memenuhi panggilan jihad, mengangkat senjata
melawan PKI.
Demikian dikatakan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq
Syihab dalam orasinya pada Parade Tauhid, Ahad (16/8) di Gelora Bung
Karno (GBK) Jakarta.
Dikatakan Habib Rizieq, gerakan PKI saat ini makin merajelela. Belum
lama ini, di Univesitas Jember, ada mahasiswa yang menggambar tembok
kampus dengan gambar palu arit.
“Inilah momen kebersamaan, persatuan dan persaudaraan kita untuk
merapatkan barisan, untuk melawan PKI. Mari satukan hati dan langkah
kita untuk itu. Kita tahu, PKI jelas-jelas menolak hukum agama di
Indonesia. PKI dan liberalisme sama-sama menolak syariat Islam. Jika
sampai Jokowi meminta maaf pada PKI, maka Jokowi sama saja membuka luka
lama umat Islam.”
Habib sangat menyayangkan, jika anak muda yang lahir di era 90-an,
banyak yang tidak tahu PKI. Jika sebelumnya (1966-1988), sejarah
kebiadaban PKI masih masuk kurikulum sejarah Indonesia, tapi setelah
reformasi, sejarah kekejaman PKI malah dihapus kurikulum. Ini
membuktikan ada upaya untuk menghilangkan jejak kekejaman PKI.
Masih segar dalam ingatan, pada tahun 1985-1998 Stasiun TVRI selalu
memutar film kekejaman G30S PKI setiap tahunnya. Dari pemutaran film
itu, anak-anak dan para generasi muda, dari Sabang-Merauke, telah
mengetahui kebiadaban PKI. Sejak tahun 1998, film G30S PKI tidak lagi
diputar.
Habib Rizieq mendesak pemerintah, agar pengkhiatan G30PKI harus
dimasukkan kembali dalam kurikulum sejarah Inodnesia. Begitu juga agar
film kebiadaban G30S PKI diputar lagi, sehingga anak-anak kita tidak
kehilangan informasi tentang kebiadaban PKI.
Tegakkan Hukum Di Tolikara
Selain itu, Habib juga menyinggung soal Peristiwa Tolikara. Habib
meminta agar hukum ditegakkan di Tolikara. Seret pelakunya dengan
hukuman yang setimpal. Jika Presiden Jokowi tidak menangkap pelaku
penyerangan umat Islam di Tolikara saat melakukan shalat Idul Fitri,
maka jelas Jokowi telah melanggar Undang-undang.
“Jika penyerangan masih saja terjadi, dan membiarkan Peraturan yang
diskriminasi terhadap umat Islam, maka tak usah tunggu lagi pemerintah
untuk bertindak. Siapkan diri para mujahid untuk berangkat jihad membela
kaum muslimin yang terzalimi. Jangan sampai ada darah muslim yang
menetes,” kata Habib Rizieq.
Habib mengatakan, jika orang kafir bisa mengancam, kita umat Islam
juga bisa mengancam. Jika umat Islam merasa sakit, maka musuh Islam bisa
lebih sakit. Jika umat Islam lelah, maka musuh Islam pun lelah . Jika
umat Islam bisa takut, maka musuh Islam pun bisa lebih takut. “Sudah
saatnya umat Islam bersatu.”
Masih dalam Parade Tauhid, pimpinan Majelis Zikir Az-Zikra Ustadz
Arifin Ilham memimpin doa dan zikir dengan mendoakan kaum muslimin di
Palestine, Afghanistan, Irak, Suriah, Yaman, Mesir, Afrika Tengah, Cina,
Myanmar, Moro Philipina, Patani – Thailand Selatan, hingga Kasmir
India.
Bersamaan dengan itu, Ustadz Fadzlan Garamatan, dai asal Papua,
mengatakan, kedaulatan di negeri tengah dicabik-cabik oleh orang yang
tak bertanggungjawab. Karenanya, umat Islam harus satukan perjuangan. Di
hadapan puluhan ribu umat Islam, Ustadz Fadzlan melepas jamaah kaum
muslimin Parade Tauhid untuk bergerak dengan berjalan kaki dari Senayan,
Bunderan HI, dan kembali lagi ke Senayan.
(Desastian/
Islampos/internasnews)