Tuesday, August 4, 2015

Agar Bisa Larikan Diri, Perempuan Rohingya Terpaksa Pilih Dijual untuk Sebuah Pernikahan

Kekerasan dan kemiskinan di Myanmar menyebabkan perempuan—beberapa di antaranya adalah para remaja—dipaksa menikah. Para wanita setuju untuk menikah agar bisa melarikan diri dari penjara atau dari tangan penyelundup. Demikian dilansir World Bulletin, pada Senin (03/08/2015).

Shahidah Yunus, 22, misalnya, berada di sebuah kamp di Thailand selama dua bulan ketika telah sepakat untuk menikah. Keluarganya tidak mampu membayar sebesar $ 1.260 dan penyelundup menuntut agar ia bisa melarikan diri ke Malaysia.

Pada saat yang sama orang asing dipanggil untuk mengatakan bahwa ia akan menawarkan untuk bebas jika dia menikah. Dalam panggilan telepon kepada orang tuanya, mereka mengatakan bahwa akan lebih baik untuk seluruh keluarga, jika dia bersedia, untuk menerima tawaran tersebut.

Budaya kawin paksa kepada Muslimah Rohingya telah berlangsung selama beberapa waktu dan terus meningkat dengan tajam.

Komisaris Tinggi untuk Pengungsi PBB  (UNHCR) melaporkan bahwa gelombang dari pencari suaka dari Bangladesh dan Myanmar tahun ini menyebabkan peningkatan kasus penculikan dan perjodohan tanpa persetujuan dari perempuan yang akhirnya dibayar oleh calon suami.

“Ratusan, bahkan ribuan, perempuan dan anak perempuan telah dipaksa, dijual atau diatur untuk menikah melalui koridor perdagangan ini sejak 2012,” kata Matthew Smith, direktur eksekutif dari Fortify Rights.

“Geng-geng perdagangan manusia memperlakukan ini sebagai bisnis yang agak menguntungkan,” katanya, dan menambahkan bahwa untuk perempuan dan anak perempuan, yang dijual atau dipaksa menikah adalah yang terburuk, dan itulah masalah.

Ibu Yunus, yang tinggal dengan suaminya 38 tahun dan 17 Rohingya lainnya di Pulau Penang, Malaysia, mengatakan dia tidak memiliki pilihan setelah pamannya telah berjanji untuk membayar perjalanannya.

“Saya memilih untuk menikah dengan suami saya karena penyelundup membutuhkan uang untuk melepaskan saya,” katanya. “Kami takut perkosaan. Lebih baik menikah dengan pria Rohingya yang bisa mengurus kita,” tambahnya.
(ry/islampos/internasnews)
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment