Penelitian kedokteran juga mengungkapkan bahwa membiarkan panjang bulu kemaluan adalah salah satu faktor penyebab penyakit. Bulu kemaluan bisa menjadi sarang kutu-kutu kecil serta menyebabkan luka dan peradangan pada daerah di sekitar kemaluan.
Penemuan ini menjelaskan kepada manusia sebagian hikmah di balik hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu hadits tentang sunnah-sunnah fithrah yang diwasiatkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kepada manusia.
Hadits ini adalah pondasi kebersihan individu. Al-Imam Muslim telah meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
عَشْرٌ مِنَ الفِطْرَةِ : قَصُّ الشَّارِبِ ،
وَإعْفَاءُ اللِّحْيَةِ ، وَالسِّوَاكُ ، وَاسْتِنْشَاقُ المَاءِ ،
وَقَصُّ الأظْفَارِ ، وَغَسْلُ البَرَاجِمِ ، وَنَتف الإبْطِ ، وَحَلْقُ
العَانَةِ ، وَانْتِقَاصُ المَاءِ . قَالَ الرَّاوِي : وَنَسِيْتُ
العَاشِرَةَ إِلاَّ أنْ تَكُونَ المَضمَضَةُ
“Sepuluh perkara yang merupakan fithrah: merapikan kumis, memelihara
jenggot, bersiwak, memasukkan air ke hidung (ketika berwudhu), memotong
kuku, membasuh ruas jari-jemari (ketika berwudhu), mencabut bulu ketiak,
mencukur bulu kemaluan, dan istinja’ (membersihkan kemaluan setelah
buang air,” (HR. Muslim)Sumber: Facebook Fanpage Kaligrafi